Tuesday 3 December 2013

Makalah Askeb V : Millenium Development Goals (MDGs)

Posted by Unknown at 20:43
MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS
( MASALAH – MASALAH BIDAN KOMUNITAS )
A.    KEMATIAN IBU DAN BAYI
1.      kematian ibu
Kematian pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara berkembang sekitar 25 – 50% kematian terjadi pada wanita usia subur. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama kematian wanita muda pada masa puncak produktivitasnya.Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin dan masa nifas (dalam 42 hari) setelah persalinan.Jumlah kematian ibu melahirkan di Indonesia mencapai angka yang spektakuler yaitu 307 per 100.000 kelahiran dari rata – rata kelahiran sekitar 3-4 juta setiap tahun.
Berdasarkan penyebabnya Kematian ibu bisa dibedakan menjadi langsung dan tidak langsung.
1. Penyebab Langsung.
·      Perdarahan (42%).
·      Keracunan kehamilan/eklamsi (13%).
·      Keguguran/abortus (11%).
·      Infeksi (10%).
·      Partus lama/persalinan macet (9%).
·      Penyebab lain (15%). 
2. Penyebab tidak langsung 
·         Pendidikan ibu-ibu terutama yang ada di pedesaan masih rendah.
·         Sosial ekonomi dan sosial budaya Indonesia yang mengutamakan bapak dibandingkan ibu
·         “4 terlalu “dalam melahirkan, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak.
·         “3 terlambat”, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat untuk dikirim ke tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan.

Pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu yang disebut MPS atau Making Pregnancy Safer. 

3 (tiga) pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan adalah :
a.       Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
b.      Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (memadai).
c.       Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Sedangkan strategi dalam menurunkan AKI adalah Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang cost efektif dan didukung oleh:
a.       Kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait, mitra lain, pemerintah dan swasta
b.      Pemberdayaan perempuan dan keluarga.
c.       Pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan dalam menurunkan AKI yaitu :
a.    Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan, melalui:
o  Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan tenaga bidan di desa, kesinambungan keberadaan bidan desa, penyediaan fasilitas pertolongan persalinan pada polindes/pustu dan puskesmas, kemitraan bidan dan dukun bayi, serta berbagai pelatihan bagi petugas.
o  Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar, antara lain bidan desa di polindes/pustu, puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam.
o  Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah terjadinya 4 terlalu, pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pasca keguguran, pelayanan asuhan pasca keguguran, meningkatkan partisipasi aktif pria.
o  Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan jalan menjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, PPNI), Perinasia, PMI, LSM dan berbagai swasta.
o  Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara lain dalam bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan terlambat 1 dan 2, serta menyediakan buku KIA. Kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan (dana, transportasi, donor darah), jaga selama hamil, cegah 4 terlalu, penyediaan dan pemanfaatan yankes ibu dan bayi, partisipasi dalam jaga mutu pelayanan.
b.    Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan kemampuan pengelola program agar mampu melaksanakan, merencanakan dan mengevaluasi kegiatan (P1 – P2 – P3) sesuai kondisi daerah.
c.    Sosialisasi dan advokasi, melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk sosialisasi dan advokasi. Kepada para penentu kebijakan agar lebih berpihak kepada kepentingan ibu dan anak.

2)   Kematian Bayi
.Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup.
Penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka kematian balita (Akba) pada kurun waktu yang sama cukup tajam, yaitu AKB dari 51 per 1.000 menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup, dan Akba 82,6 per 1.000 menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup pada kurun waktu yang sama. Angka kematian bayi baru lahir (neonatal) penurunannya lambat, yaitu 28,2 per 1.000 menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup.
Target nasional 2010 Angka Kematian Bayi adalah 40/1.000 sedangkan target nasional 2010 Angka Kematian Balita adalah 58/1.000.
Penyebab Kematian Bayi meliputi asfiksi, infeksi, hipotermi, BBLR, trauma persalinan, penyebab lain pemberian makan secara dini, pengetahuan yang kurang tentang perawatan bayi, tradisi (masyarakat tidak percaya pada tenaga kesehatan), serta sistem rujukan yang kurang efektif. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian bayi yaitu :
a.       .Peningkatan kegiatan imunisasi pada bayi.
b.      Peningkatan ASI eksklusif, status gizi, deteksi dini dan pemantauan tumbuh kembang.
c.       Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi.
d.      Program Manajemen Tumbuh kembang Balita sakit dan Manajemen Tumbuh kembang Balita Muda.
e.       Pertolongan persalinan dan penatalaksanaan Bayi Baru lahir dengan tepat.
f.       Diharapkan keluarga memiliki pengetahuan, pemahaman, dan perawatan pasca persalinan sesuai standar kesehatan.
g.      Perawatan neonatal dasar meliputi perawatan tali pusat, pencegahan hipotermi dengan metode kanguru, menyusui dini, usaha bernafas spontan, pencegahan infeksi, penanganan neonatal sakit, audit kematian neonatal.

Partisipasi bidan dalam mencegah kematian bayi yaitu dengan :
a.       Menerapkan program ASUH (Awal Sehat Untuk Hidup Sehat) yang memfokuskan kegiatan pada keselamatan dan kesehatan bayi baru lahir (1-7 hari).
b.      Mengintensifkan kegiatan kunjungan rumah 7 hari pertama pasca persalinan berisi pelayanan dan konseling perawatan bayi dan ibu nifas yang bermutu.
Partisipasi masyarakat dalam mencegah kematian bayi yaitu dengan :
£  Menyebarluaskan pengetahuan tentang pentingnya 7 hari pertama pasca persalinan bagi kehidupan bayi selanjutnya.
£  Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kunjungan rumah 7 hari pertama pasca persalinan oleh Bidan di Desa.
£   Mencatat dan melaporkan adanya ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi meninggal pada bidan di Desa, agar diperoleh masukan untuk merencanakan tindakan/ kunjungan dan memecahkan sekaligus mengantisipasi masalah kematian bayi.
£  Mendukung dan mempertahankan keberadaan bidan di desa.

B.KEHAMILAN REMAJA
Masa remaja merupakan masa peralihan/masa transisi/masa pancaroba yang penuh gejolak yaitu masa kanak-kanak menuju masa dewasa mandiri. Kehamilan bisa jadi dambaan. Tetapi mungkin juga dianggap malapetaka apabila kehamilan itu sendiri tidak/belum diinginkan.
A. definisi.
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada remaja yang merupakan akibat perilaku seksual baik disengaja (sudah menikah) maupun tidak disengaja (belum menikah).
B. beberapa hal yang mengakibatkan kehamilan remaja.
a.       Kurangnya peran orang tua dalam keluarga.
b.      Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap Remaja.
c.       Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat.
C. dampak kehamilan remaja
a.       Pengguguran Kandungan.
b.      Faktor yang mendukung terjadinya pengguguran kandungan adalah :
c.       Status ekonomi sebuah keluarga.
d.      Keadaan emosional.
e.       Pasangan yang tidak bertanggung jawab.
f.       Resiko persalinan yang akan terjadi.
Beragam resiko yang terjadi pada kehamilan di usia dini diantaranya pre-eklampsia, anemia, bayi prematur, bayi berat lahir rendah (BBLR), kematian bayi dan PMS meningkat pada remaja yang hamil sebelum usia 16 tahun. Selain itu remaja yang hamil amat berisiko untuk menderita disproporsi sefalo pelvik (karena tulang panggul belum tumbuh sempurna).
g.      Perceraian pasangan muda.
h.      Hubungan Seks Usia Muda Berisiko Kanker.
D. sebab terjadinya kehamilan remaja.
1. Faktor Agama dan Iman.
Kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami isteri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan, pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab.
2. Faktor Lingkungan.
a. Orang Tua.
Kurangnya perhatian khususnya dari orang tua remaja untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dimana dalam hal ini orang tua bersikap tidak terbuka terhadap anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seksual.
b. Teman, Tetangga dan Media.
Pergaulan yang salah serta penyampaian dan penyalahgunaan dari media elektronik yang salah. Dapat membuat para remaja berpikiran bahwa seks bukanlah hal yang tabu lagi tapi merupakan sesuatu yang lazim.
3. Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan.
Pengetahuan seksual yang setengah-setengah mendorong gairah seksual sehingga tidak bisa dikendalikan. Hal ini akan meningkatkan resiko dampak negatif seksual. Dalam keadaan orang tua yang tidak terbuka mengenai masalah seksual, remaja akan mencari informasi tersebut dari sumber yang lain, teman-teman sebaya, buku, majalah, internet, video atau blue film. Mereka sendiri belum dapat memilih mana yang baik dan perlu dilihat atau mana yang harus dihindari.
4. Perubahan zaman.
Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama, seperti fashion dan film yang begitu intensif sehingga remaja dihadapkan ke dalam gaya pergaulan hidup bebas, termasuk masalah hubungan seks di luar nikah.
5. Perubahan Kadar Hormon pada remaja meningkatkan libido atau dorongan seksual yang membutuhkan penyaluran melalui aktivitas seksual.
6. Semakin cepatnya usia pubertas.
Semakin cepatnya usia pubertas (berkaitan dengan tumbuh kembang remaja), sedangkan pernikahan semakin tertunda akibat tuntutan kehidupan saat ini menyebabkan “masa-masa tunda hubungan seksual” menjadi semakin panjang. Jika tidak diberikan pengarahan yang tepat maka penyaluran seksual yang dipilih beresiko tinggi.
7. Adanya Trend baru dalam berpacaran di kalangan remaja.
Dimana kalau dulu melakukan hubungan seksual diluar nikah meskipun dengan rela sendiri sudah dianggap bebas. Namun sekarang sudah pula bergeser nilainya, yang dianggap seks bebas adalah jika melakukan hubungan seksual dengan banyak orang.
E. dampak kehamilan remaja di komunitas.
a.       Banyak efek negatif dari kehamilan remaja diantaranya penyakit fisik seperti : anemia, kesulitan persalinan karena tulang panggul belum sempurna, persalinan prematur, kematian janin dalam kandungan, berat badan bayi lahir rendah dan sebagainya.
b.      Di bidang sosial remaja akan gagal menikmati masa remajanya dan akan menerima sikap ungkapan yang negatif karena dianggap memalukan, yang dapat menimbulkan sikap penolakan remaja terhadap bayi yang dikandungnya. Kehamilan remaja juga dapat menimbulkan berbagai konsekuensi psikososial seperti putus sekolah, rasa rendah diri, kawin muda dan perceraian dini. Abortus dengan konsekuensi psikososial seperti rasa bersalah yang berlebihan, ancaman hukuman pidana dan sanksi adat/masyarakat. Penyakit menular seksual, gangguan dan tekanan psikososial di masa lanjut yang timbul akibat hubungan seks remaja pra nikah.
F. pencegahan kehamilan remaja
a.       Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
b.      Kegiatan positif
c.       Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex.
d.      Jangan terjebak pada rayuan gombal
e.       Hindari pergi dengan orang yang terkenal
f.       Mendekatkan diri pada Tuhan
g.      Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja, Keluarga Berencana (alat kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh agama.
h.      Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang tingkat kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan suntik.
G. penanganan kehamilan remaja
a.       Sikap bersahabat jangan mencibir
b.      Konseling kepada remaja dan keluarga meliputi kehamilan dan persalinan.
c.       Membantu mencari penyelesaian masalah yaitu dengan menyelesaikan secara kekeluargaan, segera menikah.
d.      Periksa kehamilan sesuai standart.
e.       Gangguan jiwa atau resiko tinggi segera rujuk ke Sp.OG
f.       Bila ingin abortus maka berikan konseling resiko abortus.

C. UNSAFE ABORTION
A. definisi
Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan resikonya.
B. alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya
·         Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
·         Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi.
·         Kehamilan di luar nikah.
·         Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi.
·         Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
·         Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
·         Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.
C. ciri – ciri unsafe abortion
a.       Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis
b.      Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
c.       Kurangnya fasilitas dan sarana
d.      Status ilegal

D. dampak
a.       Dampak sosial.Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi - sembunyi.
b.      Dampak kesehatan.Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi.
c.       Dampak psikologis.Trauma
E. peran bidan dalam mencegah unsafe abortion
a.       Sex education
b.      Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan keagamaan
c.       Peningkatan sumber daya manusia
d.      Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya.
F. aborsi dilakukan aman apabila
a.       Dilakukan oleh pekerja kesehatan yang benar-benar terlatih dan berpengalaman melakukan aborsi
b.      Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yanglayak
c.       Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau rahim harus steril atau tidak trcemar kuman dan bakteri.
d.      Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir kali mendapat haid.

D.    BBLR ( BERAT BADAN LAHIR RENDAH)
A.    definisi :
BBLR suatu istilah pengganti prematuritas karena terdapat 2 bentuk penyebab bayi dengan BB < 2600 gram yaitu karena umur hamil kurang dari 37 minggu, BB lebih rendah dari semestinya sekalipun cukup umur, atau karena kombinasi keduanya (Ilmu Kebidanan Penyakitnya Kandungan & KB, hal : 324).
BBLR suatu keadaan dimana bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram yang disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat sesuai, bayi small for gestational age (SGA), bayi yang beratnya kurang dari semestinya menurut masa kehamilannya (Ilmu Kebidanan, hal. 771)
Dalam BATASAN BBLR
1.    Bayi lahir rendah deengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan
2.    Berat lahir adalah berat lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir
3.    Untuk keperluaan bidan di desa berat lahir ditimbang  24 jam pertama setelah lahir
4.    Klasifikasi BBLR  berdasarkan umur kehamilan
a.    Bayi prematur / kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu) sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup di luar kandungan dan mendapaatkan kesulitan bernafas, menghisap, melawaninfeksi dan menjaga tubuhnya tetap hangat.
b.    Baayi cukup bulan (usian kehamilan 38-42 minggu)
c.    Bayi lebih bulan (usia kehamilan > 42 minggu)

5.    Klasifikasi BBLR  berdasarkan berat badan
a.    Bayi berat badan lahir amat sangat rendah/ ekstrim rendah (bayi lahir rendah < 1000 gram)
b.    Bayi berat badan lahir sangat rendah  (bayi lahir rendah < 1500 gram)
c.    Bayi berat badan lahir cukup rendah  (bayi lahir rendah  1500- 2500 gram)

6.    Klasifikasi berdasarkan berat badan dan usia kehamilan
a.    Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)/ small for gestasional age (SGA). Bayi lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intrauterine dengan BB terletak dibawah presentil ke 10 dalam grafik pertumbuhan intrauterine.
b.    Bayi kecil sesuai masa kehamilan (SMK)/ appropriate for gestasional age (AGA). Bayi lahir yang sesuai dengan berat badan sesuaiuntuk masa kehamilan yaitu terletak diantara presentil ke 10 dalam grafik pertumbuhan intrauterine
c.    Bayi kecil masa kehamilan / large for gestasional age (LGA). Bayi lahir sesuai dengan berat badan lebih besar untuk masa kehamilan yaitu terletak diantara presentril ke 10-90 dalam grafik pertumbuhan intrauterine.
B.     etiologi
Faktor ibu :
a.       Gizi masa hamil kurang
b.      Umur < 20 tahun / > 35 tahun
c.       Jarak hamil menahun ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
d.      Faktor pekerja yang terlalu berat
Faktor kehamilan
a.       Hamil dengan hidramnion
b.      Gemelli
c.       Perdarahan anterpartum
d.      Komplikasi hamil PE/E, KPD
Faktor janin
a.       Cacat bawaan
b.      Infeksi dalam rahim
Penilaian
Penilaian dilakukan dengan cara menimbang bayi baru lahir dengan berat badannya.maka bayi akan digolongkan dalam BBLR ( bayi berat lahir rendah ) atau BBSLR ( bayi berat lahir sangat rendah)
Penatalaksanan :
Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat. Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur. 
§  Berat badan lahir di bawah 2 kg : 35 0C
§  Berat badan lahir 2 kg – 2,5 kg : 34 0C
Suhu inkubator diturunkan 1 0C tiap minggu, setiap bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24 – 27 0C.
Mempertahankan suhu tubuh optimal
Untuk mempertahankan suhu lingkungan tubuh optimal 37 0C (36,5 – 37,5 0C) BBLR / BKB membutuhkan suhu lingkungan yang termonetral serta kelembaban udara 60%.
Mengenai suhu lingkungan termonetral sesuai berat lahir dan masa gestasi serta usia pasca natal. Oleh karena itu BBLR / BKB seharusnya dirawat dalam incubator atau dengan cara teknologi tepat guna dengan perawatan ketat / metode kanguru, bayi akan mendapatkan sumber panas melaui kontak langsung secara terus menerus dari ibu secara alami. (Sukardi Abdurrohman, 2002: 115)
Memenuhi kebutuhan O2
BBLR / BKB dengan asfiksia ringan / sedang gangguan nafas ringan, dapat diberi O2 konsentrasi lebih tinggi (> 40%) melalui :
o   O2 inkubator
o   O2 head box
o   O2 sungkup / maks
Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 /menit) tarikan dinding dada ke dalam atau merintih)
o   Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan nafas bersih.
o   Beri oksigen 0,5 – 1 L/menit lewat kateter hidung atau nasal prong.
o   Rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.
Jaga bayi tetap hangat, bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimut dan pakai topi untuk mencegah kehilangan panas.
Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rendah akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
Cara perawatan tali pusat
1.      Jangan membungkus pusar ataupun mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puting tali pusat dan nasehati keluarga untuk tidak memberikan apapun pada pusar bayi.
2.      Mengusapkan alkohol atau pourdon iodine masih diperkenalkan sepanjang tidak menyebabkan tali pusat basah / lembab.
Pengawasan nutrisi / ASI
Umumnya bayi prematur belum sempurna refleks menghisap dan bentuk kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang, maka makanan diberikan dengan pipet sedikit lebih sering.
Penimbangan berat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi,  nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh oleh sebab itu penambahan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
Kebutuhan cairan untuk BBLR 120-150 ml/kg/hr atau 100-120 kal/kg, pemberian dilakukan sesuai dengan bertahap sesuai kemampuan segera mungkin mencukupi kebutuhan cairan atau nutrisi.

Upaya bidan dalam mencegah terjadinya BBLR.
1.      Mengupayakan agar melakukan antenatal care yang baik, segera melakukan konsultasi merujuk penderita bila terdapat kelainan.
2.      Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan dengan berat badan lahir rendah.
3.      Meningkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana
4.      Menganjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau istirahat baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan normal.

E.     TINGKAT KESUBURAN
Tingkat kesuburan seseorang memegang peranan yang sangat penting bagi pria dan wanita yang akan atau sudah berumahtangga. Hal ini dimaksudkan agar pasangan suami isteri dapat menjaga keharmonisan rumah tangganya dan mereka juga bisa meneruskan generasi mereka, yaitu menghasilkan seorang anak.Lebih dari 80% pasangan suami isteri yang mengalami gangguan kesuburan dan ini banyak sekali terjadi pada negara yang sedang berkembang. 7-15% diantaranya masih tergolong ke dalam usia 15 - 40 tahun dengan rating tertinggi dialami oleh para wanita sebesar 40% sampai dengan 60%.Tingkat kesuburan dibedakan menjadi 2 yaitu 
1.      Fertilitas.
Fertilitas adalah kemampuan istri menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya.
2.      Infertilitas 
Infertilitas adalah suatu keadaan pasangan suami istri yang ingin mempunyai anak tetapi tidak bisa mewujudkan keinginannya tersebut karena adanya masalah kesehatan reproduksi baik pada suami atau istri.

Upaya yang dapat dilakukan oleh bidan untuk mengatasi masalah tingkat kesuburan dimasyarakat adalah melakukan analisis situasi tentang demografi dan program keluarga berencana, memberikan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi , melakukan kemitraan dengan petugas keluarga berencana dan kader , melakukan komunikasi informasi dan edukasi dengan tujuan membentuk keluarga PEDULI .

F.      PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA NON KESEHATAN
a.       pengertian
Pertolongan persalianan non kesehatan sering kali dilakukan oleh seseorang yang disebut dukun beranak/dukun bayi, dukun bersalin atau peraji.Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan yaitu proses persalinan yang di bantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa di kenal dengan istilah dukun bayi.
2.    Etiologi
a. Kebiasaan/perilaku/adat istiadat yang tidak menunjang.
·         Keluarga yaitu adanya kebiasaan keluarga yang memutuskan atau memaksa calon orang tua mengenai siapa yang akan menolong persalinan.
·         Masyarakat, yaitu adanya kebiasaan masyarakat yang lebih mempercayai penolong persalinan pada tenaga non medis (dukun).
b. Sarana kesehatan
c. Keadaan sosial ekonomi yang masih belum memadai.
d. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.
e. Status dalam masyarakat.
f. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penyuluhan kesehatan dan petugas kesehatan yang masih rendah.
c. Penatalaksanaan :
1.      Diadakan program BDD (bidan didik desa) untuk menurunkan AKI (angka kematian ibu)
2.      Menjalin hubungan kemitraan dengan masyarakat , tokoh masyarakat, terutama dukun
3.      Melaksanakan program perencanaan persalinan (P3) berbasis masyarakat.

G.    PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
Penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual atau infeksi atau penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang dapat menyerang alat kelamin dengan atau tanpa genjala dapat muncul dan meyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak serta organ tubuh lainnya misalnya  HIV/ AIDS.
1.      Genjala PMS
1.      Perubahan warna kulit di sekitar kemaluan
2.      Gatal pada alat kelamin
3.      Sakit daerag pinggul (wanita)
4.      Faktor peningkatan kejadian PMS :
·         Alat kontrasepsi : timbul perasaan aman tidak kehamilan
·         Free Sex (seks bebas) norma,moral yang menurun
·         Kurangnya pemahaman seksual dan PMS
·         Transportasi yang lancar, mobilitas tinggi
·         Urbanisasi dan pengangguran
·         Kemiskinan
·         Pengetahuan
·         Pelacuran
5.    Cara penularan dan bahaya PMS
1.      Hubungan seksual (95%) dan caralain melalui transfusi darah, jarum suntik dan plansenta
2.      Sumber penulan utama adalah WTS (80%)
a)      Bahaya / akibat PMS
a.       Menimbulkan rasa sakit
b.      Infertilitas
c.       Abortus
d.      Kanker serviks
e.       Merusak penglihatan, hati dan otak
f.       Menular pada bayi
g.      Rentan terhadap HIV/AIDS
h.      Tidak dapat disembuhkan
i.        Kematian
b)      Tipe PMS yang umum terjadi :
a.       Gonorrhea
b.      Clamidia
c.       Hepes genetalis
d.      Syphilis
e.       Hepatitis B
f.       HIV/ AIDS
g.      Condiloma akuminata
Peran bidan dalam pencegahan dan penanggulangan PMS
1.      Bidan sebagai role mode
2.      Memberikan konsling pada masyarakat terutama remaja dan pasutri tentang kesehatan reproduksi
3.      Memberi konsling pada masyarakat konsling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat PMS
4.      Bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pelaksaan penyuluhan pada masyarakat
5.      Mewaspadai gejala-gejala dan mendeteksi dini adanya PMS
6.      Pencegah PMS :
a.       Apabila belum menikah jangan melakukan hubungan seksual
b.      Apabila sudah menikah jaga kesetian dengan pasangan
c.       Hindari hubungan seksual yang tidak aman dan beresiko
d.      Gunakan kondom untuk mencegah penularan
e.       Jaga kebersihan alat genetalia
f.       Bila terinfeksi PMS mencari pengobatan bersama pasangan seksual.


H.    PERILAKU DAN SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH PADA PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
·         HAMIL
1.      Perilaku sosial pada kehamilan
a.       upacara- upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya hingga lahir
b.      mengidam
c.       larangan masuk hutan
d.      pantangan keluar magrib
e.       pantangan mengunting rambut
f.       pantangan nazar
peran bidan terhadap perilaku selama hamil
a.       KIE tentang menjaga kehamilan: ANC, gizi ibu hamil, batasi aktivitas fisik, hindari pantangan makan
b.      KIE tentang segala sesuatu yang sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa
c.       Pendekatan kepada tokohmasyarakat untuk mengubah tradisi yang negative atau berpengaruh buruk terhadap kehamilan.
·         PERSALINAN
  1. Perilaku sosial budaya selama persalinan
a.       Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan membawa nama baik
b.      Bayi perempuan adalah penghasil keturunan
c.       Memasukan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar
d.      Melahirkan ditempat terpencil hanya dengan dukun
e.       Minum akar rumput fatimah
Peran bidan di komunitas selama persalianan
a.       Memberikan pendidikan pada penolong persalinan, tempat, proses persalinan, perawatan selama pasca persalinan
b.      Memberikan pendidikan mengenai kebersihan baik tempat dan peralatan
c.       Bekerjasama dengan penolong persalinan(dukun) dan tenaga kesehatan setempat.
·         NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR
  1. Perilaku sosial budaya mempengaruhi masa nifas dan bayi baru lahir :
a.       Pantangan makan pedas, asin, ikan
b.      Tidak boleh makan terong
c.       Minum jamu dapat melancarkan asi
d.      Upacara adat
e.       Menaruh ramuan pada tali puasat
f.       Khitan yang dilakukan pada bayi laki-laki dan prempuan
Peran bidan dikomunitas terhadap perilaku masa-masa nifas dan bayi baruuu lahir.
a.       KIE perilaku positif dan negatif
b.      Memberikan penyuluhan tentang pantangan bayi baru lahir yang benar dan tepat
c.       Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca persalinan, bayi dan balita.


























REFERENSI
1.      Syafrudin. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
2.      Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
  1. Pudiastuti, Ratna Dewi,SST  2012. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika
  2. Manuaba, Ida Bagus.2008 Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran.

0 comments:

Post a Comment

 

Luthfi's Area Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea