Sunday, 12 January 2014

Kematian Ariel Sharon --- "Si Pembantai" Rakyat Palestina

Posted by Unknown at 05:59

Alhamdulillah, akhirnya mantan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon, menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu (11/1) waktu setempat dalam usia 85 tahun. Ia merupakan salah satu tokoh kontroversial. Ia meninggal setelah delapan tahun tak pernah sadarkan diri dan terus bertahan melawan penyakit (AZAB) yang dideritanya. Berikut ini adalah sedikit ulasan mengenai riwayat kesehatan serta kekejian yang telah dilakukannya dalam memberantas rakyat Palestina.


KONDISI 'MENGERIKAN' ARIEL SHARON SEBELUM KEMATIAN





Zeev Rotstein, direktur umum Sheba Medical Center di Tel Hashomer, sepekan lalu sudah memperkirakan Sharon kemungkinan akan meninggal dunia dalam beberapa hari ke depan. Kondisi medis Sharon membuat Rotstein berkesimpulan demikian.
Kondisi kesehatan mantan perdana menteri Ariel Sharon saat itu memang semakin memburuk. Hasil pemeriksaan laboratorium memperlihatkan tanda-tanda infeksi darah yang parah pada Sharon.
Sharon, yang telah mengalami koma selama delapan tahun, beberapa hari terakhir juga menderita gagal ginjal.
“Ia tak mungkin menjalani cuci darah mengingat risiko yang bisa ditimbulkan oleh prosedur tersebut terhadap kondisi kesehatannya yang sangat rentan,” jelas Rotstein saat itu seperti dilansir Haaretz.

Sharon sebelumnya juga telah mengalami kemerosotan fungsi sejumlah organ penting. Rotstein mengatakan itulah yang menjadi faktor penyulit bagi upaya perbaikan kesehatan Sharon.
“Kalau masalahnya hanya satu organ, maka akan lain ceritanya,'' katanya.


AZAB ALLAH TERHADAP ARIEL SHARON



Pada periode 2001-2006, siapa tak kenal Ariel Sharon? Ia adalah Perdana Menteri Israel yang sangat “agresif”, ide dan kebijakannya dianggap mampu memperluas Israel sekaligus melindungi kepentingan bangsa Yahudi di dunia internasional. Yang paling memorable dari Sharon adalah Tragedi Shabra Shatila.
Ia dikenal dengan nama “Penjagal Shabra Shatila” (The Butcher of Shabra Shatila). Peristiwa pembantaian sadis pada 16 September 1982 itu, terjadi di kamp pengungsi Shabra Shatila. Selama dua hari, milisi Kristen diberi keleluasaan oleh Israel (lewat komando Sharon) untuk membantai pengungsi Muslim Palestina. Lebih dari 2000 Muslim –kebanyakan wanita dan anak-anak— tewas mengenaskan akibat peristiwa itu.
Sharon juga bertanggung jawab pada tragedi pembantaian Qibya pada 13 Oktober 1953 di mana saat itu 96 orang Palestina tewas oleh Unit 101 yang dipimpinnya. Karena ini pula dijuluki “Tukang Jagal dari Beirut.”


Pada Januari 2006, ia “pensiun dini”. Sharon terkena serangan stroke dan kemudian digantikan sementara oleh Ehud Olmert. Jika bukan karena sakit, maka warga Israel niscaya tidak akan pernah berhenti mendapuknya sebagai pemimpin mereka. Sejak saat itu, ia koma tak sadarkan diri. Dokter Israel mengatakan Sharon mengalami stroke haemorrhage (perdarahan otak) yang berat. Nah, sejak saat itu, ia berada dalam kondisi mati tidak, hidup pun tidak. Saat ini ia dirawat di Rumah Sakit Chim Sheba, dekat Tel Aviv.

 
Pembalasan dari Allah SWT atas segala kekejaman nya, maka beringat2 kita sebagai hambaNya, jangan sekali2 melakukan kezaliman terhadap insan lain….!!!!Tubuh Sharon Membusuk Sedangkan Ia Masih Hidup Semoga Allah SWT menimpakan Azab Nya kepada seluruh Zionist Yahudi yang setuju terhadap pembantaian Umat Islam Palestina & Lebanon.

Tubuh Sharon Membusuk Sedangkan Ia Masih Hidup
Diberitakan bahwa para doktor di Hospital Hadasa telah memasukkan Ariel Sharon (Mantan PM Israel) ke ruang operasi untuk dilakukan pembedahan. Ia memiliki luka membusuk dan tidak sedarkan diri selama beberapa minggu. Operasi tersebut dilakukan untuk menyambung bagian-bagian ususnya yang telah membusuk dan telah menyebar ke bagian tubuh lain. Demikianlah kita saksikan keadaan musuh islam yang gemar menumpahkan darah.Penyumbatan yang terjadi di otaknya menyebabkan kerusakan di sekujur tubuh. Ini sebagai akibat penindasannya terhadap umat Muhammad Shalallahu alaihi wassalam yang beriman yang berlangsung terus menerus siang dan malam.
 

Akhirnya ia menderita kelumpuhan di seluruh tubuhnya dan tidak bisa menggerakkannya walaupun hanya menggerakkan mata. Dialah yang memimpin para tentara untuk menyerang Sinai dan Lebanon. ia juga yang menyembelih para tawanan Mesir. Saat ini ia tidak sedar sama sekali dan tidak mengetahui sekelilingnya. Akhirnya Allah Subhanahu Wata’ala memperlihatkan kepada kita keadaan thaghut yang suka menumpahkan darah ini dengan ayat-ayat Allah Subhanahu Wata’ala yang agung, yaitu membusuknya jasad sedangkan ia masih hidup. Demikianlah, mereka (para doktor) akan mengamputasi anggota tubuhnya satu demi satu hingga terakhir sedangkan ia masih hidup. Benarlah firman Allah SubhanahuWata’ala :”Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’an itu benar “(Fushilat:53)Dipetik dari: Majalah Qiblati, vol. 01/no. 09/Mei-Juni 2006 terbitan Jeddah, KSA. (yakinku.wordpress.com)
Selama tiga tahun, Sharon berada di rumah sakit. Sakit Sharon ini di luar diagnosis dokter manapun. Dokter sudah menjalani berbagai operasi, namun tidak satupun berhasil, bahkan semakin menjadi misteri. Karena waktu yang lama, dan perawatannya menelan biaya besar, Departemen Kesehatan Israel rupanya jengkel, dan habis kesabaran.
Mereka mengeluarkan surat pernyataan keberatan atas perawatan Ariel Sharon kepada pemerintah Israel. “Dengan segala hormat yang wajib diberikan atas kontribusi dari Ariel Sharon, kami tidak mengerti mengapa negara harus membayar biaya ini.
Kami merasa harus ada penyidikan oleh otoritas Negara yang kompeten.” begitu kira-kira bunyinya. Intinya, pihak rumah sakit benar-benar sudah muak dengan sakitnya Sharon. Setiap tahun, pemerintah Israel mengeluarkan dana 1,5 sampai 2 juta shekel untuk mengurus Sharon.
Reaksi warga Israel pun ternyata sama dengan sikap rumah sakit. Mereka tampaknya tidak peduli dengan nasib mantan pemimpinnya itu. Padahal selama berpuluh tahun, Ariel Sharon merupakan pemimpin politik dan militer kebanggaan Israel. Jasanya sebagai Perdana Menteri dan berdinas sebagai Mayor Jenderal Angkatan Bersenjata selama 30 tahun, menguap begitu saja!






SEJARAH PANJANG KEJAHATAN ARIEL SHARON




Sejarah kekejaman Nazi memang tidak bisa dilupakan. Namun kita pun punya hak
untuk sedikit mengingat kembali rekaman pesta kejahatan dan pembantaian
sangat biadab yang pernah dilakukan Ariel Sharon terhadap warga sipil
Palestina sejak tahun 1953.

Sharon dilahirkan di Palestina pada tahun 1928 saat tanah suci ini berada di
bawah penjajahan Inggris. Di dalam otaknya sudah teradopsi ide pemikiran
Zionisme sejak kecil sehingga pada tahun 1942 dia telah bergabung dengan
geng teroris Hagana, yang berarti dia belum genap berusia 14 tahun. Hagana
adalah organisasi Zionis bersenjata terbesar yang melakukan banyak aksi
pembantaian terhadap rakyat sipil Palestina dan menjadi inti militer Israel
di kemudian hari.

Pada tahu 1953 Sharon menjabat sebagai kemandan kesatuan 101 yang dibentuk
untuk melakukan operasi militer menerot orang-orang Palestina dan memaksa
mereka meninggalkan kota-kota dan desa-desa mereka. Ada dua contoh sangat
terkenal tentang aksi-aksi biadab yang dilakukan kesatuan ini. Pada Agustus
1953, Sharon meminpin pasukannya menyerang kamp pengungsi Palestina al
Buraij di Gaza dan membunuh tidak kurang 50 sipil Palestina. Seorang pejabat
PBB kala itu, Mayor Jenderal Fagin Benik, menggambarkan bagaimana kesatuan
101 pimpinan Sharon ini melontarkan bom-bom "melalui jendela-jendela gubuk
yang dihuni para pengungsi Palestina yang ketakutan menyelamarkan diri dari
serangan dan terjangan timah panas baik dari senjata ringan maupun
otomatis".

Pada Oktober 1953 kesatuan Sharon ini menyerbu desa Qibya, menghancurkan
rumah-rumah dan membunuh warga sipil. Sejarawan Israel Evi Shilaim
menggambarkan pembantaian ini dengan mengatakan, "Sharon memberikan
instruksi membakar desa Qibya, meledakan rumah-rumah dan menghancurkannya di
atas kepala para pemiliknya...Desa ini berubah menjadi puing-puing yang
hancur setelah 45 rumah lumat dan 79 jiwa dibantai, sepertiga korbannya
wanita dan anak-anak."

Pemantau PBB menegaskan, "Warga kala itu dipaksa di bawah ancaman senjata
agar tetap tinggal di dalam rumah mereka untuk dihancurkan di atas kepala
mereka."
Pada Oktober 1953 departemen luar negeri Amerika mengeluarkan pernyataan
yang mengungkapkan, "kesedihan yang begitu mendalam kepada para keluarga
korban yang dihabisi dalam penyerbuan desa Qibya." Deplu Amerika juga
mengungkapkan keyakinanya tentang urgensinya "menghukum orang-orang yang
bertanggung jawab dan mengambil langkah-langkah efektif untuk mencegah
terjadinya peristiwa serupa di masa mendatang." (Majalah Departemen Luar
Negeri no. 26 Oktober tahun 1853 hal. 552)

Pada tahun 1956 ikut dalam serangan segitiga terhadap Mesir dan berpihak
kepada Inggris dan Perancis. Sharon dan Ravavil Etan turut memberikan andil
dalam aksi serangan ini sebagai komandan brigade payung 890 yang bertanggung
jawab atas pembantaian sekitar 270 tawanan Mesir, yang sebagian bersarnya
adalah pekerja jalan (sipil) berasal dari Sudan, dan mengubur mereka di
tanah padang pasir. Belakangan peristiwa pembantaian ini dimuat dalam sebuah
artikel berjudul "Israel Mengakui Pembantaian" yang diterbitkan Daily
Telegraph pada 16 Agustus 1995. Dalam wawancara di televisi, purnawirawan
Jenderal Aryi Biro menegaskan terjadinya pembantaian tersebut dan mengakui
menembaki orang-orang sudan.

Paska perang tahun 1967, di mana Israel menduduki tanah Palestina yang
tersisa, Sharon menjabat sebagai komandan militer Israel di wilayah selatan
untuk mengemban tugas pembersihan Jalur Gaza. Tugas yang dijalakan
menggunakan tangan besi dengan melakukan pembunuhan terhadap unsur-unsur
perlawanan, pendirian pos-pos pemeriksaan, pemblokadean dan penghancuran
rumah-rumah Palestina untuk membuat jalan-jalan militer. Pada periode ini
Sharon dikenal dengan julukan "Buldoser", merujuk kepada kendaraan yang
digunakan untuk menghancurkan rumah-rumah dan lahan Palestina. Vil Rifz
menulis di harian independent Inggris, "Pada Agustus tahun 1971 saja,
pasukan Sharon telah menghancurkan sekitar 2000 rumah di Jalur Gaza,
mengusir 17 ribu warga Palestina menjadi pengungsi untuk kedua kalinya dalam
hidup mereka dan menangkap ratusan pemuda Palestina yang kemudian dibuang ke
Lebanon dan Yordania."

Pada 16 September tahun 1982, pasukan Israel mengepung kamp pengungsi Shabra
dan Shatila, memberi peluang masuk para milisi ke kamp tersebut untuk
mendudukinya selama 60 jam, membantai warga sipil Palestina dan Lebanon
serta rumah-rumah mereka. Kebanyakan korban dikubur secara massal. Sementara
itu belum diketahui jelas jumlah korban yang pasti dalam pembantaian di dua
kamp pengungsi tersebut. Palang Merah Internasional menyebut angka 1500 jiwa
kemudian jumlah itu bertambah belakangan menjadi 2750 jiwa.

Demi memenuhi tekanan internasioal dan keinginannya untuk membersihkan
militernya, Israel sengaja membentuk komisi khusus untuk melakukan
penyelilikan atas pembantaian tersebut yang dipimpin oleh Ishak Kahana,
ketua Mahkamah Tinggi Israel. Demi untuk menghindari tuduhan yang diarahkan
secara langsung, komisi ini cukup mengatakan bahwa Sharon bertanggung jawab
"meremehkan bahaya aksi-aksi dendam dan penumpahan darah yang dilakukan para
milisi Lebanon terhjadap warga kamp pengungsi Palestina." Sharon kemudian
dicopot setelah menolak mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri
Pertahanan Israel pada 14 Februari 1983 dan dikeluarkan keputusan tidak
boleh menduduki jabatan menteri pertahanan di masa mendatang.

Pada tahun 2000, Sharon melakukan kunjungan ke masjid al Aqsha dan nekad
masuk ke dalamnya dengan dikawal tidak kurang dari 200o anggota polisi
Israel dan pengawal pribadi. Hal ini menyulut terjadinya perlawanan sengit
dan meletuslah intifadhah Palestina (yang kedua).

Kemenangan Sharon pada pemilu tahun 2001 tidak bisa merealisasikan janjinya
kepada Israel untuk menghabisi intifadhah dalam jangka waktu 100 hari, maka
digunakanlah segala persenjataan yang mungkin untuk melenyapkan orang-orang
Palestina yang terisolasi. Tank-tank Israel dikerahkan ke kota-kota besar
Palestina dan menghancurkan seluruh infrastruktur yang ada di dalamnya.
Sementara itu pesawat-pesawat tempur pembunuh menghujani kamp-kamp pengungsi
Palestina dengan bom dan rudal serta membunuh orang-orang Palestina dari
semua usia, menghancurkan lahan, pertanian, ribuan pohon dibongkar dan
rumah-rumah warga sipil dihancurkan. Sementara rezim Israel melakukan
perampasan behektar-hektar tanah pertanian untuk membangun tembok pemisah
rasial.

Personel militer Sharon juga menjelajah kota-kota, desa-desa dan kamp-kamp
pengungsi demi untuk membunuh para pemimpin perlawanan dan menangkap para
aktivis yang ada di dalamnya, menghancurkan rumah-rumah warga sipil,
melakukan pembantaian di banyak perkampungan termasuk di kamp-kamp pengungsi
di Gaza seperti kamp pengungsi Rafah dan kota-kota utama di Tepi Barat
semisal Nablus, Tulkarem, Jenin dan yang lainnya. Para pemukim Yahudi juga
turut andil di dalam berbagai aksi, mereka membentuk milisi khusus turut
serta melakukan pembunuhan orang-orang Palestina, menghancurkan rumah-rumah
dan lahan mereka serta melumatkan tanah pertaniannya.

Sharon berdiri menentang pernjanjian damai dengan Mesir pada tahun 1979,
menyuarakan anti perjanjian tersebut dan menentang penarikan militer Israel
ke daerah yang disebut zona aman di sebelah selatan Lebanon pada tahun 1985.
Pada tahun 1991, Sharon kembali menentang keikutsertaan "Israel' dalam
konferensi perdamaian di Madrid. Knesset Israel juga menyaksikan bagaimana
Sharon menentang kesepakatan Oslo pada tahun 1993 dan penolakannya terhadap
kesepakatan damai dengan Yordania melalui penolakannya memberikan suara
padanya pada tahun 1994. Pada Maret 2003 Sharon menolak inisiatif
perndamaian dari Arab dengan mengirim tank-tank ke kota-kota Palestina demi
menambah jumlah kehancurkan dan korban pembunuhan.

Selama intifadhah, Sharon menolak segalan usulan politik yang diajukan
kepadanya mulai dari usulan Mitshel dan Tenet sampai pada kesepakatan Jenewa
dan peta jalan. Sharon justru melakukan pelanggaran masa tenang yang
disepakatannya dan terus melakukan aksi-aksi pembunuhan terhadap para
pemimpin perlawanan dan elemennya.

Sharon juga memainkan peran utama dalam proyek koloni permukiman Yahudi yang
terjadi sepanjang tahun 1977 dan 1992, periode terbesar tingkat penggusuran
terhadap tanah Palestina dan aktivitas permukiman dalam senjata "Israel".
Sementara dunia mengakui rencana peta jalan yang dibuat tim kuartet, Sharon
justru tidak mau mengadopsinya bahkan memberikan 14 syarat yang kosong dari
inti peta jalan secara menyeluruh. Sharon justru fokus kepada komitmen yang
harus dilakukan Palestina, penarikan sepihak, pembangunan tembok pemisah
rasial, penetapan perbatasan dari satu pihak di Tepi Barat setelah
mencabik-cabik jalur penghubungnya.



WARGA PALESTINA RAYAKAN KEMATIAN ARIEL SHARON


GAZA — Kabar kematian mantan perdana menteri Israel, Ariel Sharon mendapatkan sambutan dari warga Palestina baik yang ada di dalam negeri maupun di pengungsian.  Press TV, Iran melaporkan di Gaza dan Lebanon warga keluar ke jalanan mebagi-bagikan manisan sebagai bentuk sukur atas sosok yang dinilai  bertanggung jawab atas penderitaan warga Palestina.

‘’Warga Palestina mengingat apa yang telah dan coba dilakukan Sharon pada warga kami dan mimpi mereka untuk membentuk sebuah negara,’’ ujar Abu Youself seorang anggota Senior, Abbas bagian dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) kepada Reuters, (11/1).

Bagi sebagian warga Palestina, perdana menteri ke 11 negeri Yahudi ini dijuluki sebagai The Butcher alias Penjagal. Ini akibat kebijakan Sharon yang telah menelan banyak korban jiwa.

Salah satu ‘’dosa besar’’ yang selalu dikenang  warga Palestina terhadap sosok Ariel Sharon adalah pembantaian warga mereka di pengungsian Sabra dan Shatila, Lebanon tahun 1982. Saat itu Sharon yang menjadi menteri pertahanan bertanggung jawab atas pembantaian para pengungsi.

Belum ada data jelas mengenai jumlah korban yang jatuh baik dari warga Palestina maupun Lebanon. Namun ditaksir lebih dari 800 orang meregang jawa dalam serbuan keji tersebut.

‘’Walaupun pendudukan dan perang-perang  dia luncurkan kepada kami, disini dan di Lebanon dan dengan kejahatan perang  di Sabra dan Shatila, Sharon telah mangkat dan warga Palestina akan kembali ke tanah mereka,’’ imbuhnya. (zul/jpnn)

0 comments:

Post a Comment

 

Luthfi's Area Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea