Bau mulut merupakan salah satu kendala yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri (especially buat author). oleh karena itu, kali ini author akan berbagi postingan tentang bau mulut (Halitosis). Sebelumnya, mari kita kenali dulu seluk beluk(?) si bau mulut ini agar kita bisa mengenal lebih jauh faktor-faktor penyebab dan tentu saja cara untuk menanganinya. so, let's check it out ^^
Pengertian Bau
Mulut (Halitosis)
Menurut istilah kedokteran Bau Mulut adalah “fetor ex
ore”, dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Halitose (Halitus=Bau,
osis=Abnormal). Halitosis merupakan suatu keadaan dimana terciumnya bau mulut
pada saat seseorang mengeluarkan nafas (biasanya tercium saat berbicara). Bau
mulut disebabkan dari mulut kering, stress, berpuasa, makanan yang
berbau khas dan metabolisme lainnya.
Beberapa penelitian telah di lakukan untuk mengetahui
bakteri-bakteri spesifik penyebab bau mulut tersebut. Di dalam mulut normal
diperkirakan rata-rata terdapat sekitar 400 macam bakteri dengan berbagai tipe.
Meskipun penyebab bau mulut belum diketahui dengan jelas, kebanyakan dari bau
tersebut berasal dari sisa makanan di dalam mulut. Masalah akan muncul bila
sebagian bakteri berkembang biak atau bahkan bermutasi secara besar-besaran.
Kebanyakan dari bakteri ini bermukim di leher gigi bersatu dengan plak dan
karang gigi, juga di balik lidah karena daerah tersebut merupakan daerah yang
aman dari kegiatan mulut sehari-hari. Bakteri tersebut memproduksi toxin atau
racun, dengan cara menguraikan sisa makanan dan sel-sel mati yang terdapat di
dalam mulut. Racun inilah yang menyebabkan bau mulut pada saat bernafas karena
hasil metabolisme proses anaerob pada saat penguraian sisa makanan tersebut
menghasilkan senyawa sulfide dan ammonia.
Sadar atau tidak,setiap orang pasti pernah mengalami
masalah Halitosis. Bau mulut hampir selalu disebabkan oleh masalah pada
mulut,akan sangat membantu jika kita mengunjungi dokter gigi untuk memastikan
penyebab nya kemudian dicari solusinya. Sejumlah orang merasa sangat bermasalah
dengan bau mulut,sehingga dapat ,menyebabkan rasa tidak percaya diri lantas
menangani bau mulut sendiri padahal bisa jadi malah memperburuk keadaan.
Klasifikasi
Bau mulut
Klasifikasi
Halitosis
Berdasarkan faktor etiologinya, halitosis
dibedakan atasa halitosis sejati,(genuine) pseudohalitosis dan halitophobia.
Halitosis sejati dibedakan lagi atas fisiologis dan patologis
. Halitosis fisiologis merupakan bersifat sementara dan tidak membutuhkan
perawatan, sebaliknya halitosis patologis merupakan halitosis bersifat
permanen dan tidak dapat diatasi hanya dengan pemeliharaan oral hygiene saja
, tetapi membutuhkan suatu penanganan dan perawatan sesuai dengan
sumber penyebab halitosis.
- Genuine
Halitosis (halitosis sejati)
Halitosis
Fisiologis
Halitosis fisiologis merupakan halitosis yang bersifat
sementara dan tidak membutuhkan perawatan. Pada halitosis tipe ini tidak
ditemukan adanya kondisi patologis yang menyebabkan halitosis. Contohnya
adalah morning breath, yaitu bau nafas pada waktu bangun pagi.
Keadaan ini disebabkan tidak aktifnya otot pipi dan lidah serta berkurangnya
aliran saliva selama tidur. Bau nafas ini dapat diatasi dengan
merangsang aliran saliva dan menyingkirkan sisa makanan di dalam
mulut dengan mengunyah, menyikat gigi atau berkumur.
Hali tosis patologis
merupakan halitosis yang bersifat permanen dan tidak dapat diatasi hanya dengan
pemeliharaan oral higiene saja, tetapi membutuhkan suatu penanganan
dan perawatan sesuai dengan sumber penyebab halitosis. Adanya pertumbuhan
bakteri yang dikaitkan dengan kondisi oral higiene yang buruk
merupakan penyebab halitosis patologis intraoral yang paling sering
dijumpai. Tongue coating, karies dan penyakit periodontal merupakan
penyebab utama halitosis berkaitan dengan kondisi tersebut.Infeksi kronis pada
rongga nasal dan sinus paranasal, infeksi tonsil(tonsilhlith), gangguan
pencernaan, tukak lambung juga dapat menghasilkan gas berbau. Selain itu,
penyakit sistemik seperti diabetes ketoasidosir, gagal ginjal, dan gangguan
hati juga dapat menimbulkan bau nafas yang khas. Penderita diabetes
ketoasidosis mengeluartan nafas berbau aseton. Udara pernafasan pada penderita
kerusakan ginjal berbau amonia dan disertai dengan
keluhan dysgeusi, sedangkan pada penderita gangguan hati dan kantung
empedu seperti sirosis hepatis akan tercium bau nafas yang khas, dikenal dengan
istilah foetor hepaticus.
2. Pseudo Halitosis (Halitosis
Semu)
Pada kondisi ini, pasien merasakan dirinya memilki bau
nafas yang buruk, namun hal ini tidak dirasakan oleh orang lain disekitarnya
ataupun tidak dapat terdeteksi dengan tes ilmiah. Oleh karena tidak ada masalah
pernapasan yang nyata, maka perawatan yang perlu diberikan pada pasien berupa
konseling untuk memperbaiki kesalahan konsep yang ada (menggunakan dukungan
literature, pendidikan dan penjelasan hasil pemeriksaan) dan mengingatkan
perawatan oral hygiene yang sederhana.
3. Halitophobia
Pada kondisi ini, walaupun telah berhasil mengikuti
perawatan genuine halitosis maupun telah mendapat konseling pada
kasus pseudo halitosis, pasien masih kuatir dan terganggu oleh adanya
halitosis. Padahal setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti baik kesehatan
gigi dan mulut maupun kesehatan umumnya ternyata baik dan tidak ditemukan suatu
kelainan yang berhubungan dengan halitosis, begitu pula dengan tes ilmiah yang
ada tidak menunjukkan hasil bahwa orang tersebut menderita halitosis. Pasien
juga dapat menutup diri dari pergaulan sosial, sangat sensitif terhadap
komentar dan tingkah laku orang lain. Maka dari itu, diperlukan pendekatan
psikologis untuk mengatasi masalah kejiwaan yang melatar belakangi keluhan ini
yang biasanya dapat dilakukan oleh seorang ahli seperti psikiater ataupun
psikolog.
Penyebab
Halitosis
Bau mulut
(Halitosis) dapat disebabkan oleh
dua faktor yaitu faktor fisiologis dan patologis.
1. Faktor fisiologis terdiri
dari :
a. Kurangnya aliran ludah selama
tidur
Air liur sangat penting untuk menjaga kesegaran
nafas. Pengeluaran air liur akan berkurang ketika tidur, hal ini
menyebabkan mulut kering dan menimbulkan bau mulut.
b. Makanan
Bau mulut dapat terjadi karena pengaruh makanan.
Beberapa jenis makanan yang dapat menyebabkan bau mulut (Halitosis),
diantaranya adalah makanan yang mengandung sulfur seperti bawang putih, kubis,
brokoli serta makanan yang berbau khas seperti petai, jengkol, dan durian .
c. Minuman atau alkohol
Alkohol dapat mengurangi produksi air ludah sehingga
mengiritasi jaringan mulut yang akhirnya semakin memperparah bau mulut.
d. Kebiasaan merokok
Merokok dapat memperburuk status kebersihan gigi dan
mulut sehingga bisa memicu terjadinya radang gusi dan dapat berakibat
terjadinya bau mulut (Soemantri, 2008).
e. Menstruasi
Wanita dalam masa haid (menstruasi) dapat
mengalami bau mulut (halitosis) disebabkan karena sekresi air ludah dalam mulut
berkurang sebagai akibat kekacauan endokrin yang pada kenyataannya
menguntungkan pertumbuhan kuman anaerob, sehingga halitosis sudah
pasti akan terjadi
a. Oral hygiene buruk
Kebersihan mulut yang tidak baik dapat menyebabkan
terjadinya halitosis, misalnya karena sisa-sisa makanan yang menempel dan
sulit dibersihkan terutama pada gigi berbehel.
b. Plak
Plak adalah suatu deposit lunak yang terdiri atas
kumpulan bakteri yang berkembangbiak diatas suatu matrik yang terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi apabila seseorang mengabaikan kebersihan gigi
dan mulutnya.
c. Karies
Karies gigi adalah suatu penyakit yang merupakan
interaksi dari 4 faktor
yaitu:Host (penjamu), Agent (penyebab), Enviorenment (lingkungan)
dan Time (waktu) yang menghasilkan kerusakan pada jaringan keras gigi
yang tidak bisa pulih kembali yaitu email, dentin dan sementum.
Gigi yang
terserang karies (rusak atau berlubang) dapat menjadi salah satu sumber bau
mulut. Lubang pada gigi tersebut dapat menjadi penyimpanan makanan yang
menjadi tempat kuman memperoleh media untuk proses makanan
serta menjadi tempat kuman memperoleh media untuk proses pembusukan
dan berkembangbiak. Bau dari gigi berlubang secara langsung dapat dirasakan
sendiri oleh individu yang bersangkutan.
Lima strategi umum yang merupakan kunci dalam mencegah
terjadinya karies gigi :
·
Menjaga kebersihan mulut
: Kebersihan mulut yang baik mencakup gosok gigi setelah sarapan dan
sebelum tidur malam serta membersihkan plak dengan benang gigi (flossing)
setiap hari.
·
Makanan : Semua karbohidrat dapat menyebabkan kerusakan
gigi, tetapi yang paling jahat adalah gula. Gula sederhana termasuk
gula meja (sukrosa), gula didalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan
(fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap gigi.
·
Fluor : Fluor menyebabkan gigi terutama email tahan
terhadap asam yang menyebabkan terbentuknya karies. Efektif mengkonsumsi fluor
pada saat gigi sedang tumbuh dan mengeras yaitu sampai usia 11 tahun.
·
Penambalan : Penambalan dapat digunakan untuk melindungi
lekukan pada gigi belakang yang sulit dijangkau.
·
Terapi antibakteri : Orang-orang yang cenderung
menderita karies gigi perlu diberikan terapi antibakteri. Daerah yang rusak
dibuang dan semua lubang di tambal serta lekukan ditambal maka diberikan obat
kumur yang kuat (chlorhexidine) selama beberapa minggu untuk membunuh bakteri
didalam plak yang tersisa.
d. Bakteri
Bakteri adalah penyebab utama Halitosis. Bakteri
ini hidup dan berkembangbiak di dalam mulut dengan memakan sisa protein makanan
yang melekat di celah gigi dan gusi.
Bakteri dalam ludah bukan karena kuman tersebut ikut
diproduksi bersama ludah dalam kelenjar ludah, tetapi oleh karena
mulut selalu berhubungan dengan udara terbuka maka memudahkan masuknya berbagai
kuman dari udara luar tersebut. Kuman di dalam mulut yang terbanyak adalah
berada didalam plak. Kuman plak terdapat 100 kali lebih banyak dibanding yang
ada dalam ludah.
e. Gingivitis
Gingivitis adalah awal penyakit gusi akibat kuman yang
berada dalam plak ditandai dengan gusi merah, bengkak dan berdarah. Gingivitis
adalah peradangan pada gingiva yang menunjukkan adanya tanda-tanda
penyakit/kelainan pada gingiva. Gingivitis disebabkan oleh plak dan di percepat
dengan adanya faktor-faktor iritasi lokal dan sistemik
4) Rongga hidung dan sinus, baik oleh benda asing yang
tertinggal di dalam maupun dari infeksi yang menghasilkan nanah. Jika infeksi
dalam sinus, pernanahan dalam sinus bisa berkepanjangan, bau yang dihasilkan
sebenarnya dari rongga hidung tapi bisa terkesan dari mulut. Dibutuhkan
antibiotika jangka panjang, atau irigasi sinus sampai bersih.
f. Tonsil (amandel)
Ada 2 tipe bau asal tonsil: @ infeksi tonsil, bau
busuk; dikelola dengan antibiotika dan kumur kerongkongan dengan air garam. @
endapan di dalam celah (cekungan kecil) pada permukaan tonsil, serupa
pengapuran; baunya tajam. Dikelola dengan kumur kerongkongan dengan air sirih
disusul dengan air garam, dengan harapan dapat menyebabkan pengerutan mukosa
tonsil dan mendesak endapan itu keluar, yang akan dibasuh air garam. Jika tak
berhasil terpaksa harus dilakukan evakuasi (endapan dicungkil keluar dengan
sonde). Sering bau dari endapan tonsil ini menjengkelkan karena berkali-kali
timbul, sulit dikelola tuntas, dan baunya yang tajam dan khas itu bisa sampai
menimbulkan rasa rendah diri. Dalam kondisi begini perlu pertimbangan
pengambilan tonsil, terutama jika ada pembengkakan.
g. Esofagus (kerongkongan) dan
lambung (maag)
Seharusnya antara esophagus dan maag ada klep yang
mencegah asam lambung naik, tapi beberapa kasus ada kebocoran misalnya pada
kasus hernia, atau fungsi klep terganggu misalnya pada kasus stres yang
berkepanjangan atau adanya kelainan esophagus misalnya adanya kantong yang
menahan sebagian makanan sebelum masuk lambung. Bau nafas menjadi nyata pada
orang yang berpuasa atau beberapa jam tidak makan/minum karena asam lambung
yang tidak teralirkan ke dalam usus. Pada kasus begini bau hilang ketika makan
dan minum walau dalam porsi kecil saja. Bau petai dan bawang disebabkan karena
sebagian hasil metabolismenya disekresi lewat air liur sehingga hanya bisa
hilang dengan makan mentimun, yang sama-sama disekresi air liur sehingga bisa
membantu menetralkan. Hanya saja mentimun harus segera dimakan (bersamaan)
dengan petai dan bawangnya.
Kedelai dan produk kedelai (tahu, tempe) hasil
metabolismenya juga bisa menimbulkan bau jika orang tidak mempunyai ensim
pemecah kedelai, seperti halnya susu dan keju pada mereka yang tidak cukup
ensim pemecah susu.
h. Bau karena penyakit umum
·
gangguan hati
·
infeksi jalan nafas/paru, terutama pada kasus
bronki-ektasis
·
gangguan ginjal
·
diabetes
·
kanker
·
gangguan penyakit lain berbagai jenis penyakit.
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan bau mulut antara lain: a) gingivitis
ulseratif nekrotisasi akut, b) mukositis ulseratif nekrotisasi akut, c)
penyumbatan usus, d) infeksi tenggorokan, e) sinusitis.
Penanganan
Bau Mulut
Penggunaan penyegar nafas, permen karet dan obat
kumur, biasanya bersifat asimptomatis dan sangat terbatas kerjanya hanya
sementara saja, pada saat efek dari penyegar nafas hilang bau mulut akan
kembali tercium.
Pencegahan
dan Perawatan Halitosis
Penanganan halitosis tergantung pada faktor
penyebabnya, yang penting dokter gigi dapat membedakan penyebab bau mulut
sebagai kelainan di dalam atau di luar mulut. Umumnya halitosis bisa dikurangi
atau dihilangkan sama sekali dengan menjaga kebersihan mulut seperti menyikat
gigi, menggunakan benang gigi, membersihkan lidah, menggunakan obat kumur
(lebih dianjurkan dengan air garam) dan diet sehat, namun kadang-kadang diperlukan
penangganan oleh tenaga profesional untuk melakukan rujukan. Untuk dapat
mengatasi halitosis secara efektif, diperlukan pemeriksaan secara menyeluruh
dan diagnosa yang tepat.
Tindakan
pencegahan dan perawatan pada halitosis antara lain,
Menyikat Gigi
Sebaiknya gigi disikat dua kali sehari. Gigi disikat
dengan bulu sikat yang lembut dan kepala sikat yang kecil. Hindarkan pemakaian
bulu sikat yang kasar karena bulu sikat yang kasar dapat menyebabkan resesi
gingiva.Penyikatan gigi sebaiknya menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor
untuk mencegah karies gigi sekaligus.
Menggunakan
Benang Gigi ( Dental Floss )
Benang gigi (dental floss) digunakan untuk
membersihkan celah gigi yang sempit yang tidak dapat dicapai dengan sikat gigi.
Hal ini dilakukan dengan cara memotong benang kira-kira sepanjang 40 cm,
kemudian diputarkan di kedua jari tengah kanan dan kiri. Benang dimasukkan ke
celah diantara gigi dan ditahan dengan ibu jari agar kuat dan tidak lepas
ketika dilakukan gerakan seperti menggergaji. Tindakan ini sebaiknya dilakukan
satu kali sehari, namun bila memungkinkan dilakukan dua kali sehari. Setelah
tahap ini diperbolehkan kumur sampai bersih atau dibilas dengan air.
Membersihkan
Lidah
Permukaan lidah dibersihkan dengan cara menyikat lidah
dua kali sehari menggunakan sikat gigi atau alat khusus pembersih lidah (tongue
scrapper). Permukaan lidah disikat dengan lembut dan perlahan agar lidah tidak
luka. Sambil lidah dijulurkan ke depan, tempatkan tongue
scrapper sejauh mungkin ke belakang lidah, selama masih tahan, sambil
ditarik ke depan dan ke bawah dengan tekanan ringan. Gunakan kain/kertas tissue
bersih atau air mengalir untuk membersihkan tongue scrapper. Ulangi
prosedur ini 2-4 kali sampai seluruh permukaan dibersihkan.
Penggunaan
Obat Kumur
Obat kumur digunakan paling sedikit sekali sehari.
Waktu yang paling tepat menggunakan obat kumur adalah sebelum tidur karena obat
kumur memberikan efek antibakteri selama tidur saat aktivitas bakteri penyebab
bau mulut meningkat. Obat kumur yang mengandung alkohol dapat mengakibatkan
mulut kering dan apabila digunakan dalam waktu lama dapat menyebabkan mukosa
mulut terkelupas. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan obat kumur non-alkohol
seperti yang mengandung sodium sakarin. Penggunaan tidak perlu terlalu
berlebihan, kurang lebih 10-15 ml sudah cukup untuk membasahi seluruh permukaan
mulut. Kumur sekurang-kurangnya 1-2 menit. Jangan kumur langsung dari botol,
karena apabila tersentuh ludah, bahan akan terkontaminasi, sehingga bahan aktif
selebihnya di dalam botol dapat menjadi rusak, akibatnya tidak berguna lagi
untuk pemakaian selanjutnya. Atau kumur larutan garam fisiologis, atau yang
mengandung minyak esensial untuk membantu melindungi selaput lendir mulut
sehingga tidak mudah kering. Jika dikehendaki antiseptik pakai yang mengandung
zinc dan chlorhexidine.
Diet Sehat
- Banyak
makan sayuran
- Mengurangi
konsumsi makanan dengan protein tinggi.
- Kunyahlah
permen bebas gula (non-kariogenik) khususnya apabila mulut terasa kering.
- Banyak
minum air dalam sehari.
- Hindari
makanan yang berbau menyengat seperti bawang merah,petai,jengkol,dll
- Menghindari
konsumsi alkohol, rokok, obat-obatan yang dapat menurunkan aliran saliva.
- Baru-baru
ini, penelitian di Jepang melaporkan bahwa yogurt tanpa gula dapat
mengurangi senyawa penyebab halitosis. Hal ini dibuktikan dengan dijumpai
penurunan level senyawa hidrogen sulfida sampai 80% setelah mengkonsumsi
90 gram yogurt setiap hari selama 6 minggu. Selain itu, hasil penelitian
di Amerika menunjukan
bahwa polifenol (seperti catechin dan theaflavin),
senyawa yang terkandung dalam teh juga dapat menghambat pertumbuhan
bakkteri penyebab halitosis. Catechin terkandung dalam teh hijau
maupun teh hitam sedangkantheaflavin lebih dominan pada teh hitam.
Kujungan
dokter gigi
Kunjungi
dokter gigi secara teratur,misalnya setiap 6 bulan sekali.
Penanganan
Oleh Tenaga Profesional
Apabila karies, penyakit periodontal atau infeksi
mulut lainnya yang menyebabkan timbulnya halitosis, maka diperlukan penanganan
khusus oleh tenaga profesional, misalnya melakukan penambalan, skeling atau
tindakan penyerutan akar gigi (root planning). Selain itu, dokter gigi akan
mencabut sisa akar bila radiks atau akar gigi yang menyebabkan
timbulnya halitosis.
Rujukan
Jika kecurigaan penyebab di dalam mulut sudah diatasi,
tetapi halitosis masih ada, maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya penyakit
yang tidak berkaitan dengan masalah gigi dan mulut seperti penyakit sistemik.
Dalam hal ini, dokter gigi akan merujuk pasien ke dokter spesialis untuk
menanganinya.
Bagaimana cara mendeteksi bau mulut?
Kebanyakan
orang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki masalah bau mulut atau dalam dunia
medis dikenal dengan halitosis. Wajar memang jika orang tidak menyadari punya
masalah bau mulut, karena otak terbiasa dengan aroma pribadi sehingga otak
mengira bau sehari-hari adalah bau yang wajar. Sebenarnya ada cara mudah untuk
mendeteksi bau mulut. Agar bisa terdeteksi sejak awal Anda mendeteksi bau mulut
sendiri dengan cara sebagai berikut:
- Cek
lidah : Mulailah dengan mengecek lidah. Bila lidah berwarna pink atau
merah muda dan mengkilap, berarti menunjukkan napas Anda segar.
"Namun bila lidah berwarna putih dan bersisik, maka itu pertanda bau
mulut," jelas Dr Harold Katz, seorang bakteriologi dan pendiri
California Breath Clinic.
- Jilat
punggung tangan : "Mencium napas sendiri di
tangan bukan cara terbaik untuk memeriksa halitosis," kata Dr Katz.
Menurutnya, cara terbaik adalah dengan menjilat punggung tangan atau
mengusapkan sendok pada lidah, biarkan kering selama beberapa detik dan
kemudian cium permukaannya. Bila berbau tak sedap, maka Anda mengalami
halitosis. Dr Katz menjelaskan, bau mulut memang identik dengan kondisi
kesehatan gigi yang buruk. Namun bukan berarti orang yang dengan kondisi
gigi baik, tidak berlubang, tidak bisa mengalami halitosis.
- Tanya
sahabat yang mengasihi anda sehingga berani berterus terang apakah anda
mengidap bau mulut atau tidak.
Biar bagaimanapun, mengetahui sejak dini serta
menangani halitosis dengan tepat lebih baik daripada cuek pada kondisi diri
sehingga menyebabkan orang lain tidak nyaman serta menyababkan percaya diri
kita kurang. Mendatangi dokter gigi jauh lebih disarankan karna selain dapat
tertangani ledengan tepat juga secara menyeluruh.