MILLENIUM
DEVELOPMENT GOALS
( MASALAH –
MASALAH BIDAN KOMUNITAS )
A.
KEMATIAN IBU DAN BAYI
1.
kematian ibu
Kematian pada wanita hamil dan bersalin
adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara berkembang sekitar 25 –
50% kematian terjadi pada wanita usia subur. Kematian saat melahirkan biasanya
menjadi faktor utama kematian wanita muda pada masa puncak
produktivitasnya.Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat
hamil, bersalin dan masa nifas (dalam 42 hari) setelah persalinan.Jumlah
kematian ibu melahirkan di Indonesia mencapai angka yang spektakuler yaitu 307
per 100.000 kelahiran dari rata – rata kelahiran sekitar 3-4 juta setiap tahun.
Berdasarkan penyebabnya Kematian ibu
bisa dibedakan menjadi langsung dan tidak langsung.
1. Penyebab Langsung.
·
Perdarahan (42%).
·
Keracunan kehamilan/eklamsi
(13%).
·
Keguguran/abortus
(11%).
·
Infeksi (10%).
·
Partus lama/persalinan
macet (9%).
·
Penyebab lain
(15%).
2. Penyebab tidak langsung
·
Pendidikan ibu-ibu
terutama yang ada di pedesaan masih rendah.
·
Sosial ekonomi dan
sosial budaya Indonesia yang mengutamakan bapak dibandingkan ibu
·
“4 terlalu “dalam
melahirkan, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak.
·
“3 terlambat”, yaitu
terlambat mengambil keputusan, terlambat untuk dikirim ke tempat pelayanan
kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu yang
disebut MPS atau Making Pregnancy Safer.
3 (tiga) pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan adalah :
a.
Setiap persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
b.
Setiap komplikasi
obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (memadai).
c.
Setiap wanita usia
subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran.
Sedangkan strategi dalam menurunkan AKI
adalah Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir yang cost efektif dan didukung oleh:
a. Kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait, mitra lain, pemerintah
dan swasta
b. Pemberdayaan perempuan dan keluarga.
c. Pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan dalam menurunkan
AKI yaitu :
a. Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan, melalui:
o Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan
tenaga bidan di desa, kesinambungan keberadaan bidan desa, penyediaan fasilitas
pertolongan persalinan pada polindes/pustu dan puskesmas, kemitraan bidan dan
dukun bayi, serta berbagai pelatihan bagi petugas.
o Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar,
antara lain bidan desa di polindes/pustu, puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Kualitas) 24 jam.
o Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah terjadinya 4
terlalu, pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pasca keguguran,
pelayanan asuhan pasca keguguran, meningkatkan partisipasi aktif pria.
o Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan jalan
menjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI,
PPNI), Perinasia, PMI, LSM dan berbagai swasta.
o Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara lain
dalam bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan
terlambat 1 dan 2, serta menyediakan buku KIA. Kesiapan keluarga dan masyarakat
dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan (dana, transportasi, donor
darah), jaga selama hamil, cegah 4 terlalu, penyediaan dan pemanfaatan yankes
ibu dan bayi, partisipasi dalam jaga mutu pelayanan.
b. Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan
kemampuan pengelola program agar mampu melaksanakan, merencanakan dan
mengevaluasi kegiatan (P1 – P2 – P3) sesuai kondisi daerah.
c. Sosialisasi dan advokasi, melalui penyusunan hasil informasi cakupan
program dan data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai
substansi untuk sosialisasi dan advokasi. Kepada para penentu kebijakan agar
lebih berpihak kepada kepentingan ibu dan anak.
2) Kematian Bayi
.Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat 1 tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) 35 per 1.000
kelahiran hidup.
Penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka kematian balita (Akba) pada kurun
waktu yang sama cukup tajam, yaitu AKB dari 51 per 1.000 menjadi 35 per 1.000
kelahiran hidup, dan Akba 82,6 per 1.000 menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup
pada kurun waktu yang sama. Angka kematian bayi baru lahir (neonatal) penurunannya
lambat, yaitu 28,2 per 1.000 menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup.
Target nasional 2010 Angka Kematian Bayi adalah 40/1.000 sedangkan target
nasional 2010 Angka Kematian Balita adalah 58/1.000.
Penyebab Kematian Bayi meliputi asfiksi,
infeksi, hipotermi, BBLR, trauma persalinan, penyebab lain pemberian makan
secara dini, pengetahuan yang kurang tentang perawatan bayi, tradisi
(masyarakat tidak percaya pada tenaga kesehatan), serta sistem rujukan yang
kurang efektif. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian bayi
yaitu :
a.
.Peningkatan kegiatan
imunisasi pada bayi.
b.
Peningkatan ASI
eksklusif, status gizi, deteksi dini dan pemantauan tumbuh kembang.
c.
Pencegahan dan
pengobatan penyakit infeksi.
d.
Program Manajemen
Tumbuh kembang Balita sakit dan Manajemen Tumbuh kembang Balita Muda.
e.
Pertolongan persalinan
dan penatalaksanaan Bayi Baru lahir dengan tepat.
f.
Diharapkan keluarga
memiliki pengetahuan, pemahaman, dan perawatan pasca persalinan sesuai standar
kesehatan.
g.
Perawatan neonatal
dasar meliputi perawatan tali pusat, pencegahan hipotermi dengan metode
kanguru, menyusui dini, usaha bernafas spontan, pencegahan infeksi, penanganan
neonatal sakit, audit kematian neonatal.
Partisipasi bidan dalam mencegah
kematian bayi yaitu dengan :
a.
Menerapkan program ASUH
(Awal Sehat Untuk Hidup Sehat) yang memfokuskan kegiatan pada keselamatan dan
kesehatan bayi baru lahir (1-7 hari).
b.
Mengintensifkan
kegiatan kunjungan rumah 7 hari pertama pasca persalinan berisi pelayanan dan
konseling perawatan bayi dan ibu nifas yang bermutu.
Partisipasi masyarakat dalam mencegah kematian bayi yaitu dengan :
£
Menyebarluaskan
pengetahuan tentang pentingnya 7 hari pertama pasca persalinan bagi kehidupan
bayi selanjutnya.
£
Meningkatkan kesadaran
tentang pentingnya kunjungan rumah 7 hari pertama pasca persalinan oleh Bidan
di Desa.
£
Mencatat dan melaporkan adanya ibu hamil, ibu
melahirkan, dan bayi meninggal pada bidan di Desa, agar diperoleh masukan untuk
merencanakan tindakan/ kunjungan dan memecahkan sekaligus mengantisipasi
masalah kematian bayi.
£
Mendukung dan
mempertahankan keberadaan bidan di desa.
B.KEHAMILAN REMAJA
Masa
remaja merupakan masa peralihan/masa transisi/masa pancaroba yang penuh gejolak
yaitu masa kanak-kanak menuju masa dewasa mandiri. Kehamilan bisa jadi dambaan.
Tetapi mungkin juga dianggap malapetaka apabila kehamilan itu sendiri
tidak/belum diinginkan.
A. definisi.
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang
terjadi pada remaja yang merupakan akibat perilaku seksual baik disengaja
(sudah menikah) maupun tidak disengaja (belum menikah).
B. beberapa hal yang mengakibatkan kehamilan remaja.
a. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga.
b. Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga
terhadap Remaja.
c. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan
perkembangan mental yang kuat.
C. dampak kehamilan remaja
a. Pengguguran Kandungan.
b. Faktor yang mendukung terjadinya pengguguran kandungan
adalah :
c. Status ekonomi sebuah keluarga.
d. Keadaan emosional.
e. Pasangan yang tidak bertanggung jawab.
f. Resiko persalinan yang akan terjadi.
Beragam
resiko yang terjadi pada kehamilan di usia dini diantaranya pre-eklampsia,
anemia, bayi prematur, bayi berat lahir rendah (BBLR), kematian bayi dan PMS
meningkat pada remaja yang hamil sebelum usia 16 tahun. Selain itu remaja yang
hamil amat berisiko untuk menderita disproporsi sefalo pelvik (karena tulang
panggul belum tumbuh sempurna).
g. Perceraian pasangan muda.
h. Hubungan Seks Usia Muda Berisiko Kanker.
D. sebab terjadinya kehamilan remaja.
1. Faktor Agama dan Iman.
Kurangnya
penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja
dengan gampang melakukan hubungan suami isteri di luar nikah sehingga terjadi
kehamilan, pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung
jawab.
2. Faktor Lingkungan.
a. Orang Tua.
Kurangnya
perhatian khususnya dari orang tua remaja untuk dapat memberikan pendidikan
seks yang baik dan benar. Dimana dalam hal ini orang tua bersikap tidak terbuka
terhadap anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seksual.
b. Teman, Tetangga dan Media.
Pergaulan
yang salah serta penyampaian dan penyalahgunaan dari media elektronik yang
salah. Dapat membuat para remaja berpikiran bahwa seks bukanlah hal yang tabu
lagi tapi merupakan sesuatu yang lazim.
3. Pengetahuan yang minim ditambah rasa
ingin tahu yang berlebihan.
Pengetahuan
seksual yang setengah-setengah mendorong gairah seksual sehingga tidak bisa
dikendalikan. Hal ini akan meningkatkan resiko dampak negatif seksual. Dalam
keadaan orang tua yang tidak terbuka mengenai masalah seksual, remaja akan
mencari informasi tersebut dari sumber yang lain, teman-teman sebaya, buku,
majalah, internet, video atau blue film. Mereka sendiri belum dapat memilih
mana yang baik dan perlu dilihat atau mana yang harus dihindari.
4. Perubahan zaman.
Pada
zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem
nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem yang lain yang
bertentangan dengan nilai moral dan agama, seperti fashion dan film yang begitu
intensif sehingga remaja dihadapkan ke dalam gaya pergaulan hidup bebas,
termasuk masalah hubungan seks di luar nikah.
5. Perubahan Kadar Hormon pada remaja
meningkatkan libido atau dorongan seksual yang membutuhkan penyaluran melalui
aktivitas seksual.
6. Semakin cepatnya usia pubertas.
Semakin
cepatnya usia pubertas (berkaitan dengan tumbuh kembang remaja), sedangkan
pernikahan semakin tertunda akibat tuntutan kehidupan saat ini menyebabkan
“masa-masa tunda hubungan seksual” menjadi semakin panjang. Jika tidak
diberikan pengarahan yang tepat maka penyaluran seksual yang dipilih beresiko
tinggi.
7. Adanya Trend baru dalam berpacaran di
kalangan remaja.
Dimana
kalau dulu melakukan hubungan seksual diluar nikah meskipun dengan rela sendiri
sudah dianggap bebas. Namun sekarang sudah pula bergeser nilainya, yang
dianggap seks bebas adalah jika melakukan hubungan seksual dengan banyak orang.
E. dampak kehamilan remaja di komunitas.
a.
Banyak
efek negatif dari kehamilan remaja diantaranya penyakit fisik seperti : anemia,
kesulitan persalinan karena tulang panggul belum sempurna, persalinan prematur,
kematian janin dalam kandungan, berat badan bayi lahir rendah dan sebagainya.
b.
Di
bidang sosial remaja akan gagal menikmati masa remajanya dan akan menerima
sikap ungkapan yang negatif karena dianggap memalukan, yang dapat menimbulkan
sikap penolakan remaja terhadap bayi yang dikandungnya. Kehamilan remaja juga
dapat menimbulkan berbagai konsekuensi psikososial seperti putus sekolah, rasa
rendah diri, kawin muda dan perceraian dini. Abortus dengan konsekuensi
psikososial seperti rasa bersalah yang berlebihan, ancaman hukuman pidana dan
sanksi adat/masyarakat. Penyakit menular seksual, gangguan dan tekanan
psikososial di masa lanjut yang timbul akibat hubungan seks remaja pra nikah.
F. pencegahan kehamilan remaja
a. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
b. Kegiatan positif
c. Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex.
d. Jangan terjebak pada rayuan gombal
e. Hindari pergi dengan orang yang terkenal
f. Mendekatkan diri pada Tuhan
g. Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja, Keluarga
Berencana (alat kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan
tokoh agama.
h. Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat
kontrasepsi yang tingkat kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan
suntik.
G. penanganan kehamilan remaja
a. Sikap bersahabat jangan mencibir
b. Konseling kepada remaja dan keluarga meliputi kehamilan
dan persalinan.
c. Membantu mencari penyelesaian masalah yaitu dengan
menyelesaikan secara kekeluargaan, segera menikah.
d. Periksa
kehamilan sesuai standart.
e. Gangguan jiwa atau resiko tinggi segera rujuk ke Sp.OG
f.
Bila
ingin abortus maka berikan konseling resiko abortus.
C. UNSAFE ABORTION
A. definisi
Unsafe abortion
adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan
tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga
dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.
Umumnya aborsi yang
tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai.
Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban
perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain.
Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat
akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara
diam-diam tanpa memperhatikan resikonya.
B. alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya
·
Alasan kesehatan,
dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
·
Alasan psikososial,
dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi.
·
Kehamilan di luar
nikah.
·
Masalah
ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi.
·
Masalah
sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
·
Kehamilan
yang terjadi akibat perkosaan.
·
Kegagalan pemakaian
alat kontrasepsi.
C. ciri – ciri unsafe abortion
a. Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis
b. Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga
pelaksana
c. Kurangnya fasilitas dan sarana
d. Status ilegal
D. dampak
a. Dampak sosial.Biaya lebih banyak, dilakukan secara
sembunyi - sembunyi.
b. Dampak kesehatan.Bahaya bagi ibu bisa terjadi
perdarahan dan infeksi.
c. Dampak psikologis.Trauma
E. peran bidan dalam mencegah unsafe abortion
a. Sex education
b. Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan
keagamaan
c. Peningkatan sumber daya manusia
d. Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya.
F. aborsi dilakukan aman apabila
a. Dilakukan oleh pekerja kesehatan yang benar-benar
terlatih dan berpengalaman melakukan aborsi
b. Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran
yanglayak
c. Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk
dalam vagina atau rahim harus steril atau tidak trcemar kuman dan bakteri.
d. Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah
pasien terakhir kali mendapat haid.
D. BBLR ( BERAT BADAN LAHIR RENDAH)
A.
definisi :
BBLR suatu istilah pengganti
prematuritas karena terdapat 2 bentuk penyebab bayi dengan BB < 2600 gram
yaitu karena umur hamil kurang dari 37 minggu, BB lebih rendah dari semestinya
sekalipun cukup umur, atau karena kombinasi keduanya (Ilmu Kebidanan
Penyakitnya Kandungan & KB, hal : 324).
BBLR suatu keadaan dimana bayi
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram yang disebabkan oleh masa
kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat sesuai, bayi small for gestational
age (SGA), bayi yang beratnya kurang dari semestinya menurut masa kehamilannya
(Ilmu Kebidanan, hal. 771)
Dalam BATASAN BBLR
1.
Bayi lahir rendah
deengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan
2.
Berat lahir adalah berat
lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir
3.
Untuk keperluaan bidan
di desa berat lahir ditimbang 24 jam pertama setelah lahir
4.
Klasifikasi BBLR
berdasarkan umur kehamilan
a.
Bayi prematur / kurang
bulan (usia kehamilan < 37 minggu) sebagian bayi kurang bulan belum siap
hidup di luar kandungan dan mendapaatkan kesulitan bernafas, menghisap,
melawaninfeksi dan menjaga tubuhnya tetap hangat.
b.
Baayi cukup bulan (usian
kehamilan 38-42 minggu)
c.
Bayi lebih bulan (usia
kehamilan > 42 minggu)
5.
Klasifikasi BBLR
berdasarkan berat badan
a.
Bayi berat badan lahir
amat sangat rendah/ ekstrim rendah (bayi lahir rendah < 1000 gram)
b.
Bayi berat badan lahir
sangat rendah (bayi lahir rendah < 1500 gram)
c.
Bayi berat badan lahir
cukup rendah (bayi lahir rendah 1500- 2500 gram)
6.
Klasifikasi berdasarkan
berat badan dan usia kehamilan
a.
Bayi kecil untuk masa
kehamilan (KMK)/ small for gestasional age (SGA). Bayi lahir dengan
keterlambatan pertumbuhan intrauterine dengan BB terletak dibawah presentil ke
10 dalam grafik pertumbuhan intrauterine.
b.
Bayi kecil sesuai masa
kehamilan (SMK)/ appropriate for gestasional age (AGA). Bayi lahir yang sesuai
dengan berat badan sesuaiuntuk masa kehamilan yaitu terletak diantara presentil
ke 10 dalam grafik pertumbuhan intrauterine
c.
Bayi kecil masa
kehamilan / large for gestasional age (LGA). Bayi lahir sesuai dengan berat
badan lebih besar untuk masa kehamilan yaitu terletak diantara presentril ke
10-90 dalam grafik pertumbuhan intrauterine.
B. etiologi
Faktor
ibu :
a. Gizi
masa hamil kurang
b. Umur
< 20 tahun / > 35 tahun
c. Jarak
hamil menahun ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
d. Faktor
pekerja yang terlalu berat
Faktor
kehamilan
a. Hamil
dengan hidramnion
b. Gemelli
c. Perdarahan
anterpartum
d. Komplikasi
hamil PE/E, KPD
Faktor
janin
a. Cacat
bawaan
b. Infeksi
dalam rahim
Penilaian
Penilaian dilakukan
dengan cara menimbang bayi baru lahir dengan berat badannya.maka bayi akan
digolongkan dalam BBLR ( bayi berat lahir rendah ) atau BBSLR ( bayi berat
lahir sangat rendah)
Penatalaksanan :
Mempertahankan suhu
dengan ketat
BBLR mudah mengalami
hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat. Bayi
dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur.
§
Berat badan lahir di
bawah 2 kg : 35 0C
§
Berat badan lahir 2
kg – 2,5 kg : 34 0C
Suhu inkubator
diturunkan 1 0C tiap minggu, setiap bayi dapat ditempatkan
pada suhu lingkungan sekitar 24 – 27 0C.
Mempertahankan suhu
tubuh optimal
Untuk mempertahankan
suhu lingkungan tubuh optimal 37 0C (36,5 – 37,5 0C)
BBLR / BKB membutuhkan suhu lingkungan yang termonetral serta kelembaban udara
60%.
Mengenai suhu
lingkungan termonetral sesuai berat lahir dan masa gestasi serta usia pasca
natal. Oleh karena itu BBLR / BKB seharusnya dirawat dalam incubator atau
dengan cara teknologi tepat guna dengan perawatan ketat / metode kanguru, bayi
akan mendapatkan sumber panas melaui kontak langsung secara terus menerus dari
ibu secara alami. (Sukardi Abdurrohman, 2002: 115)
Memenuhi kebutuhan O2
BBLR / BKB dengan
asfiksia ringan / sedang gangguan nafas ringan, dapat diberi O2 konsentrasi
lebih tinggi (> 40%) melalui :
o
O2 inkubator
o
O2 head
box
o
O2 sungkup
/ maks
Jika bayi sianosis (biru)
atau sukar bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 /menit) tarikan dinding
dada ke dalam atau merintih)
o
Isap mulut dan hidung
untuk memastikan jalan nafas bersih.
o
Beri oksigen 0,5 – 1
L/menit lewat kateter hidung atau nasal prong.
o
Rujuk ke kamar bayi
atau ke tempat pelayanan yang dituju.
Jaga bayi tetap
hangat, bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimut dan pakai topi
untuk mencegah kehilangan panas.
Mencegah infeksi
dengan ketat
BBLR sangat rendah
akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci
tangan sebelum memegang bayi.
Cara perawatan tali
pusat
1. Jangan
membungkus pusar ataupun mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puting tali
pusat dan nasehati keluarga untuk tidak memberikan apapun pada pusar bayi.
2. Mengusapkan
alkohol atau pourdon iodine masih diperkenalkan sepanjang tidak menyebabkan
tali pusat basah / lembab.
Pengawasan nutrisi /
ASI
Umumnya bayi prematur
belum sempurna refleks menghisap dan bentuk kapasitas lambung masih kecil dan
daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang, maka makanan diberikan
dengan pipet sedikit lebih sering.
Penimbangan berat
Perubahan berat badan
mencerminkan kondisi gizi, nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan
daya tahan tubuh oleh sebab itu penambahan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.
Kebutuhan cairan
untuk BBLR 120-150 ml/kg/hr atau 100-120 kal/kg, pemberian dilakukan sesuai
dengan bertahap sesuai kemampuan segera mungkin mencukupi kebutuhan cairan atau
nutrisi.
Upaya bidan dalam mencegah terjadinya
BBLR.
1. Mengupayakan agar melakukan antenatal care yang baik, segera melakukan
konsultasi merujuk penderita bila terdapat kelainan.
2. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan
dengan berat badan lahir rendah.
3. Meningkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana
4. Menganjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau
istirahat baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan normal.
E. TINGKAT KESUBURAN
Tingkat kesuburan seseorang
memegang peranan yang sangat penting bagi pria dan wanita yang akan atau sudah
berumahtangga. Hal ini dimaksudkan agar pasangan suami isteri dapat menjaga
keharmonisan rumah tangganya dan mereka juga bisa meneruskan generasi mereka,
yaitu menghasilkan seorang anak.Lebih dari 80% pasangan suami isteri yang
mengalami gangguan kesuburan dan ini banyak sekali terjadi pada negara yang
sedang berkembang. 7-15% diantaranya masih tergolong ke dalam usia 15 - 40
tahun dengan rating tertinggi dialami oleh para wanita sebesar 40% sampai
dengan 60%.Tingkat kesuburan dibedakan menjadi 2 yaitu
1. Fertilitas.
Fertilitas
adalah kemampuan istri menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang
mampu menghamilinya.
2.
Infertilitas
Infertilitas
adalah suatu keadaan pasangan suami istri yang ingin mempunyai anak tetapi
tidak bisa mewujudkan keinginannya tersebut karena adanya masalah kesehatan
reproduksi baik pada suami atau istri.
Upaya yang dapat
dilakukan oleh bidan untuk mengatasi masalah tingkat kesuburan dimasyarakat
adalah melakukan analisis situasi tentang demografi dan program keluarga
berencana, memberikan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi ,
melakukan kemitraan dengan petugas keluarga berencana dan kader , melakukan
komunikasi informasi dan edukasi dengan tujuan membentuk keluarga PEDULI .
F. PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA NON KESEHATAN
a. pengertian
Pertolongan persalianan non kesehatan
sering kali dilakukan oleh seseorang yang disebut dukun beranak/dukun bayi,
dukun bersalin atau peraji.Pertolongan
persalinan oleh tenaga non kesehatan yaitu proses persalinan yang di bantu oleh
tenaga non kesehatan yang biasa di kenal dengan istilah dukun bayi.
2. Etiologi
a. Kebiasaan/perilaku/adat
istiadat yang tidak menunjang.
·
Keluarga
yaitu adanya kebiasaan keluarga yang memutuskan atau memaksa calon orang tua
mengenai siapa yang akan menolong persalinan.
·
Masyarakat,
yaitu adanya kebiasaan masyarakat yang lebih mempercayai penolong persalinan
pada tenaga non medis (dukun).
b. Sarana
kesehatan
c. Keadaan
sosial ekonomi yang masih belum memadai.
d. Rendahnya
tingkat pendidikan masyarakat.
e. Status dalam
masyarakat.
f. Tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap penyuluhan kesehatan dan petugas kesehatan yang
masih rendah.
c. Penatalaksanaan :
1.
Diadakan program BDD
(bidan didik desa) untuk menurunkan AKI (angka kematian ibu)
2.
Menjalin hubungan
kemitraan dengan masyarakat , tokoh
masyarakat, terutama dukun
3.
Melaksanakan program
perencanaan persalinan (P3) berbasis masyarakat.
G. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
Penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual atau infeksi atau penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual
yang dapat menyerang alat kelamin dengan atau tanpa genjala dapat muncul dan
meyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak serta organ tubuh lainnya
misalnya HIV/ AIDS.
1.
Genjala PMS
1.
Perubahan warna kulit di
sekitar kemaluan
2.
Gatal pada alat kelamin
3.
Sakit daerag pinggul
(wanita)
4.
Faktor peningkatan
kejadian PMS :
·
Alat kontrasepsi :
timbul perasaan aman tidak kehamilan
·
Free Sex (seks bebas)
norma,moral yang menurun
·
Kurangnya pemahaman
seksual dan PMS
·
Transportasi yang
lancar, mobilitas tinggi
·
Urbanisasi dan
pengangguran
·
Kemiskinan
·
Pengetahuan
·
Pelacuran
5. Cara penularan dan
bahaya PMS
1.
Hubungan seksual (95%)
dan caralain melalui transfusi darah, jarum suntik dan plansenta
2.
Sumber penulan utama
adalah WTS (80%)
a) Bahaya / akibat PMS
a.
Menimbulkan rasa sakit
b.
Infertilitas
c.
Abortus
d.
Kanker serviks
e.
Merusak penglihatan,
hati dan otak
f.
Menular pada bayi
g.
Rentan terhadap HIV/AIDS
h.
Tidak dapat disembuhkan
i.
Kematian
b) Tipe PMS yang umum terjadi :
a.
Gonorrhea
b.
Clamidia
c.
Hepes genetalis
d.
Syphilis
e.
Hepatitis B
f.
HIV/ AIDS
g.
Condiloma akuminata
Peran bidan dalam pencegahan dan penanggulangan PMS
1.
Bidan sebagai role mode
2.
Memberikan konsling pada
masyarakat terutama remaja dan pasutri tentang kesehatan reproduksi
3.
Memberi konsling pada
masyarakat konsling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat PMS
4.
Bekerjasama dengan tokoh
masyarakat dan tokoh agama dalam pelaksaan penyuluhan pada masyarakat
5.
Mewaspadai gejala-gejala
dan mendeteksi dini adanya PMS
6.
Pencegah PMS :
a.
Apabila belum menikah
jangan melakukan hubungan seksual
b.
Apabila sudah menikah
jaga kesetian dengan pasangan
c.
Hindari hubungan seksual
yang tidak aman dan beresiko
d.
Gunakan kondom untuk
mencegah penularan
e.
Jaga kebersihan alat genetalia
f.
Bila terinfeksi PMS
mencari pengobatan bersama pasangan seksual.
H. PERILAKU DAN SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH PADA PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
·
HAMIL
1.
Perilaku sosial pada
kehamilan
a.
upacara- upacara yang
dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya hingga
lahir
b.
mengidam
c.
larangan masuk hutan
d.
pantangan keluar magrib
e.
pantangan mengunting
rambut
f.
pantangan nazar
peran bidan terhadap perilaku selama hamil
a.
KIE tentang menjaga
kehamilan: ANC, gizi ibu hamil, batasi aktivitas fisik, hindari pantangan makan
b.
KIE tentang segala
sesuatu yang sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa
c.
Pendekatan kepada
tokohmasyarakat untuk mengubah tradisi yang negative atau berpengaruh buruk
terhadap kehamilan.
·
PERSALINAN
- Perilaku sosial budaya selama persalinan
a.
Bayi laki-laki adalah
penerus keluarga yang akan membawa nama baik
b.
Bayi perempuan adalah
penghasil keturunan
c.
Memasukan minyak ke
dalam vagina supaya persalinan lancar
d.
Melahirkan ditempat
terpencil hanya dengan dukun
e.
Minum akar rumput
fatimah
Peran bidan di komunitas selama
persalianan
a.
Memberikan pendidikan
pada penolong persalinan, tempat, proses persalinan, perawatan selama pasca
persalinan
b.
Memberikan pendidikan
mengenai kebersihan baik tempat dan peralatan
c.
Bekerjasama dengan
penolong persalinan(dukun) dan tenaga kesehatan setempat.
·
NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR
- Perilaku sosial budaya mempengaruhi masa nifas
dan bayi baru lahir :
a.
Pantangan makan pedas,
asin, ikan
b.
Tidak boleh makan terong
c.
Minum jamu dapat
melancarkan asi
d.
Upacara adat
e.
Menaruh ramuan pada tali
puasat
f.
Khitan yang dilakukan
pada bayi laki-laki dan prempuan
Peran bidan dikomunitas terhadap perilaku
masa-masa nifas dan bayi baruuu lahir.
a.
KIE perilaku positif dan
negatif
b.
Memberikan penyuluhan
tentang pantangan bayi baru lahir yang benar dan tepat
c.
Memberikan penyuluhan
pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca persalinan, bayi dan balita.
REFERENSI
1.
Syafrudin.
2009. Kebidanan Komunitas.
Jakarta: EGC.
2.
Yulifah,
Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
- Pudiastuti, Ratna Dewi,SST 2012. Buku
Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika
- Manuaba, Ida Bagus.2008 Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Buku
Kedokteran.